22.3.13

Project: Elipsis


Cinta bukan apa-apa. Hanya pikiran dalam rasa. Hanya mimpi dalam jiwa. Mengalir seperti sungai ke laut sana. Bersinar seperti bulan dalam gelapnya.

Seharusnya Tuhan tidak menciptakan cinta agar tak ada yang terluka karena cinta. Tetapi Tuhan tetap saja menciptakan cinta karena Tuhan tahu cinta ada untuk menyembuhkan mereka yang sedang terluka.

●●●

“Single itu prinsip. Kalau jomblo itu baru nasib.”

“Gue nggak tahu. Kan udah lama juga sejak terakhir gue pacaran. Gue nggak ngerti aja apa kali ini juga sama kayak dulu.”

“Mana mungkin? Mana ada yang bisa taklukin gue? Tuh orang musti bisa tusuk hati gue di tempat yang cuman gue yang tahu!”

“Kamu tahu, ketika kamu terlalu banyak merasa sakit dan sendiri, secara tidak sadar kamu akan membangun benteng tak tertembus di sekelilingmu. Semua itu hanya untuk melindungi bagian dalam hatimu yang sebenarnya makin porak poranda dan kamu tak mau ada orang yang mengetahuinya.”

“Aku tahu. Aku harus akui, makin hari aku juga makin menyayangimu.”

Gio Rama Aditya. Laki-laki. 19 tahun. Mahasiswa/Part-Timer.

●●●

“Gue juga nggak ngerti sebenarnya. Tapi ya, emang itu yang gue rasain.”

“Gue nggak terlalu mahir main gitar sih. Tapi sedikit-sedikit bisa, lah.”

“Aku sudah tak tahu lagi harus apa sama kamu. Jadi, mendingan kita putus aja, ya?”

“Untuk apa aku bercanda? Aku memang serius. Jadi, kamu mau?”

“Kau dan aku, seperti sayap itu. Meski jauh, aku akan tetap menjadi milikmu dan kau akan tetap menjadi milikku.”

Andromeda Aryano. Laki-laki. 19 tahun. Mahasiswa/Vokalis.

●●●

“Semakin kamu dewasa, ujian hidupmu akan semakin berat. Itu sudah pasti.”

“Sepertinya aku hanya terlalu menyayangimu. Seharusnya aku memang tak perlu khawatir. Kita sama-sama sudah mahasiswa, kan?”

“Aku bukan pelarian. Aku hanya tak ingin melihatmu berjalan tak tentu arah tanpa dirinya.”

“Masih banyak tentang diriku yang belum kau tahu. Santai saja.”

“Salahkan saja aku karena terlalu mencintaimu.”

Giordano Diaz. Laki-laki. 23 tahun. Management Trainee.

●●●

“Mana gue tahu. Kan elo yang ngerasain. Gue sih masih polos dan lugu.”

“Kalo ada yang berani hina elo, suruh ketemu gue. Belum pernah dihantam sampai mampus tuh orang.”

“Cowok itu ya, kalo nggak brengsek, ya homo. Cuma elo nggak masuk aja di dua-duanya.”

“Gue kenal dia lebih lama dari elo. Kalo elo sampe nyakitin dia, elo bakal nyesel udah kenal gue sebagai temennya.”

“Gue cuma bisa bilang, gue ikut bahagia buat elo.”

Maharania Renata. Perempuan. 19 tahun. Mahasiswi/Atlet Karate.

●●●

“Jangan kuatir. Aku tetep sayang kamu kok apa adanya.”

“Cinta itu bukan buta. Dia hanya membuat seseorang mengabaikan apa yang ada di depannya dan memilih apa yang sebelumnya hanya terlihat oleh ujung matanya.”

“Sayang sekali banyak gadis di luar sana yang harus kau kecewakan kalau kau memilih dia. Mungkin aku juga.”

“Ayolah, masa kamu jadi cengeng seperti ini?”

“Aku sangat paham pada akhirnya mereka hanya akan memilihmu. Entah mengapa aku harus kalah dari orang sepertimu.”

Mayrasani. Perempuan. 18 tahun. Mahasiswi/Violis

●●●

“Maaf, gue mungkin lagi ngelamun dan nggak sengaja hampir nabrak lo.”

“Cinta, ya? Agak rumit memang. Ternyata kamu cukup digemari juga ya di kampus. Hahaha.”

“Kau berhutang satu penjelasan!”

“Aku cuma tak ingin melibatkan kekasihmu. Itu saja.”

“Aku tak membenci orang sepertimu. Hanya saja, kenapa harus dia?”

Arvion Leonardo. Laki-laki. 24 tahun. Disc Jockey.

●●●

Semua berakhir dalam satu kedipan mata. Semua pergi lenyap begitu saja. Semua hilang. Semua tak ada. Semua menguap menjadi satu. Mengendapkan rasa. Semua hilang semua canda. Semua hilang semua tawa. Tak ada rasa. Cuma bidang diatas pola. Semua pergi tak bernyawa.

Semua hilang semua rasa. Semua lenyap tak bersisa. Halaman terakhir tak ada kata. Semua hilang semua ada. Aku pergi tanpa ada lagi jumpa.




ELIPSIS.
Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.




220313

No comments:

Post a Comment