6.1.12

Sosok - Terra

          Aku mengintip hamparan dunia dari balik kelamnya jubah sang malam. Merobek cinta dan canda yang berserak, tumbuh dan gugur bagai daun-daun cendana. Aku datang membonceng angin utara yang dingin menusuk urat nadi dan menembus aliran darahmu. Membawa hawa langit yang panas dan melagukan senandung yang menyayat hati dan jiwamu.

          Aku bisa mendengar setiap desah dan setiap derak dari tarik dan hembus napasmu. Aku dapat mencium aroma ketakutan yang menguar dari tubuhmu dan bercampur dengan udara di sekitarmu. Aku dapat melihat keputusasaan menyelimutimu dalam lingkaran kematian yang bersiap menjemputmu.

          Aku dapat membawamu ke tempat yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya. Bahkan imajinasimu tak akan mungkin dapat menampungnya.

           Ya. Aku dapat mengantarmu ke tempat yang lebih indah dari dunia yang dulu ditinggali nenek moyangmu ini. Di sana tak akan lagi ada terik yang membakar dan tak ada lagi udara yang menyesak. Segala bentuk energi yang dapat kau serap dan gunakan sesuka hatimu berlimpah, tak harus kau hemat seperti yang seharusnya dilakukan nenek moyangmu


           Manusia-manusia manis yang mudah tergoda dunia. Aku diutus untuk menjemput sisa-sisa dari ras kalian karena bumi ini sudah tak punya daya hidupnya lagi. Esok nanti ketika cahaya kembali menyinari, bumi ini akan kembali hidup dan dihuni oleh manusia yang mau menyayangi tanah kelahirannya sendiri.

          Dalam malam panjang, dalam mimpi yang terbentang, dalam kenangan-kenangan yang terbang. Tanah ini akan beristirahat dalam lingkarannya, kerlip cermin akan padam dan malam akan berkuasa. Terbitnya cahaya akan menghapus dosa dan detik-detik yang baru akan mengawasi manusia. Lahir kembali, mati dalam sendiri. Terlelap dalam mimpi dan terjaga dalam sunyi.


          Selamat tidur tanah merah! Saat matahari terbit nanti, manusia-manusia yang berada dalam detik baru akan lebih menyayangimu.




Jakarta, 160310