1.1.13

Resolusi Klise


Tuhan,

Saya tahu mungkin waktu seperti ini bukan waktu yang benar-benar istimewa untuk berdoa. Saya mengerti bahwa perayaan seperti ini bukanlah sesuatu yang benar-benar Engkau senangi. Namun entah mengapa, secara tak sadar ada untaian doa yang menoreh dalam pikiran saya bersamaan dengan pergantian tahun masehi kali ini. Sesuatu yang sebelumnya sangat jarang terjadi pada diri saya.

Tuhan, sebagai resolusi tahun ini, saya tidak akan banyak meminta kepada-Mu. Saya tidak akan meminta hal-hal klise seperti tahun ini saya harus lebih pintar, lebih kaya, lebih baik, atau lebih bahagia dari tahun sebelumnya, dan sebagainya. Saya yakin Engkau selalu memberikan itu kapanpun saya meminta. Saya hanya ingin menetapkan sesuatu dan meminta sesuatu kepada-Mu.

Saya hanya ingin tetap bisa membahagiakan orang-orang di sekitar saya. 

Ya, saya hanya menetapkan satu hal itu sebagai salah satu nilai yang akan mengubah saya. Saya akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk memberikan kebahagiaan kepada orang-orang di sekitar saya. Meski kadang apa yang saya berikan tidak saya dapatkan kembali, asalkan melihat senyum bahagia orang lain karena sesuatu yang saya lakukan, saya merasa sangat puas, Tuhan. Saat-saat seperti itu adalah saat dimana saya merasa bahwa kebahagiaan orang lain itu lebih penting dari kebahgiaan saya sendiri.

Oleh karena itu, saya meminta satu hal kepada-Mu. Saya hanya ingin keikhlasan tiap kali orang lain bahagia meski bukan karena saya, dan kekuatan untuk tetap selalu ada bagi orang lain. Ada untuk mendengarkan cerita mereka. Ada untuk menjadi sandaran mereka. Ada ketika mereka senang atau sedih. Saya hanya ingin berguna bagi orang lain. Meski pada akhirnya lelah dan sakit akan mencoba menggoyahkan prinsip hamba.
Saya sangat yakin bahwa Engkau tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun dari kebaikan yang hamba-Nya lakukan tanpa sebuah pembalasan. Saya hanya tak tahu kapan pastinya Engkau akan membalasnya, namun saya yakin bahwa itu adalah sesuatu yang pasti. Saya hanya merasa bahwa Engkau mengarahkan pikiran saya memang untuk melengkapi dan membantu orang lain dalam masalahnya, meskipun belum tentu saya dapat menyelesaikan masalah saya sendiri. Itu saya anggap sebagai sebuah anugerah bagi saya karena tak semua orang bisa memilikinya dan mampu hidup dengannya.

Tuhan, kadang saya lelah untuk berbuat baik karena apa yang saya dapatkan tak seperti yang saya harapkan. Namun saya tetap yakin suatu saat nanti, kalau Engkau merasa bahwa saya telah cukup dewasa dari tempaan hidup seperti ini, saya yakin Engkau bakal menggantikannya dengan sesuatu yang luar biasa.

Saya hanya berharap Engkau mau mempertemukan orang seperti saya di dunia ini secepatnya, sehingga saya tak merasa terlalu sendiri. 

Terima kasih Tuhan telah mendengarkan cerita saya. Meskipun saya hanya menuliskannya sambil berlinangan air mata, saya yakin bahwa Engkau mengetahui isi pikiran saya bahkan sebelum kalimat-kalimat ini tertuliskan.


Jakarta, 010113