21.2.12

Ironi

Aku tak sendiri. Kalau aku merasa sendiri, aku akan menatap cermin. Bukankah bayanganku masih ada di sana, tersenyum kepadaku seolah mengatakan kalau aku tidak sendiri. Ya, aku tidak sendiri.

Aku tak sendiri. Saat aku berdiri menantang matahari dan menengok, bukankah bayang-bayangku masih ada di situ menemaniku. Ya, aku tidak sendiri.

Kemana dirimu pergi dari mataku?
Aku pun tak tahu.
Tapi jangan khawatir, aku di sini tidak sendiri.

Aku tak sendiri. Saat aku terdiam dan merasa sendiri, air mataku akan menghampiriku dan mengguratkan senyum pada wajahku. Ya, aku tidak sendiri.

Aku tak sendiri.
Ada sesuatu dalam dirimu yang dulu pernah kau berikan kepadaku. Tapi aku tidak ingat apakah itu. Yang aku ingat aku telah menguraikan dan memintalnya menjadi sebuah jalinan cerita panjang yang akan kubawa ketika mimpiku akan menjelang. Disana aku akan menemuimu, tersenyum kepadaku.
Aku tak sendiri.

Aku tak sendiri. Saat aku ingin berdiri dan berlari menemuimu, aku hanya akan diam di sini, menunggumu. Walau aku tahu kau tak akan pernah tahu kalau aku masih menunggumu. Ya, aku tidak sendiri.

Kau masih menari di pelupuk mataku. Aku tak sendiri. Kau masih berdengung di telingaku. Aku tak sendiri. Kau masih terucap lembut di bibirku. Aku tak sendiri.

Ya, aku tak sendiri.


Jakarta, 210212